Rabu, 20 Desember 2017

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENDERITA DISKALKULIA DAN YANG TIDAK MENDERITA DISKALKULIA

I.     JUDUL PENELITIAN
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENDERITA DISKALKULIA DAN YANG TIDAK MENDERITA DISKALKULIA
II.  LATAR BELAKANG
Saat ini sering dijumpai siswa sekolah dasar yang mempunyai kecerdasan tergolong rata-rata atau bahkan di atas rata-rata, namun siswa tersebut tidak mampu meraih prestasi belajar yang memuaskan. Siswa tersebut sering disebut siswa berkesulitan belajar. Siswa yang berkesulitan belajar adalah siswa yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggi tinggal kelas (Yusuf, 2005: 59).
Gangguan belajar adalah suatu gangguan neurologis atau kelainan pada sistem saraf yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima, memproses, menganalisa atau menyimpan informasi tertentu. Masalah yang terkait dalam gangguan belajar adalah berupa kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, menalar, serta ketrampilan motorik dan masalah dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan matematika.[1]
Salah satu bentuk kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan akademik adalah kesulitan belajar matematika. Pada umumnya pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit. Jika tidak sulit maka bukan pelajaran matematika namanya, tapi pelajaran yang lain. Kesulitan belajar matematika ini merupakan kesulitan belajar yang paling banyak ditemukan pada siswa-siswa sekolah dasar setelah kesulitan belajar membaca. Sekitar 6% sampai 7% siswa di sekolah umum menunjukkan adanya hambatan yang serius dalam matematika. Tidak kurang dari 26% siswa berkesulitan belajar mempunyai masalah di bidang matematika (Lerner dan Kline, 2006).
Kemampuan dalam hal matematika merupakan sarana yang sangat penting untuk menguasai mata pelajaran yang lainnya. Mengingat begitu pentingnya keterampilan matematika, dan banyaknya siswa yang berkesulitan belajar matematika, maka kesulitan belajar matematika yang dialami siswa harus segera diatasi sedini mungkin dengan memberikan pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami siswa. Apabila siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya dapat diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal.
Anak diskalkulia adalah anak yang mengalami kesulitan yang berat dalam matematika dan ketidak bermampuan dalam menghitung elemen-elemen matematika (seperti konsep, ketrampilan dan pemecahan masalah). Anak diskalkulia mempunyai beberapa karakteristik antara lain gangguan hubungan keruangan, kesulitan memahami konsep waktu, kesulitan memahami konsep jumlah, asosiasi visual-motor dan kesulitan mengenal dan memahami symbol.
Umumnya anak dengan ketidak bermampuan matematis disebabkan rendahnya ketrampilan atau kekurang mampuan dirinya untuk memahami konsep-konsep matematika. Anak diskalkulia harus diatasi sedini mungkin. Apabila anak diskalkulia tidak segera diatasi, maka akan mengalami banyak masalah karena hampir semua mata pelajaran memerlukan pemahaman matematika yang sesuai.
Pelayanan pendidikan semua harus mempelajari matematika. Sebab pada hakikatnya matematika merupakan sarana untuk memecahkan maslah dalam kegiatan sehari-hari. Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh fobia matematika, penglihatan dan visual anak lemah, kesulitan dalam mengurutkan informasi, ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita.




III.   BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada perbandingan hasil belajar matematika antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia

IV.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang menderita diskalkulia ?
2.    Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang tidak menderita diskalkulia?
3.    Adakah perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia  ?

V.  TUJUAN PENELITIAN
1.    Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang menderita diskalkulia
2.    Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang tidak menderita diskalkulia
3.    Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia

VI.   MANFAAT PENELITIAN
1.    Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan baru sebagai wujud dari partisipasi peneliti untuk mengembangkan keilmuan di bidang matematika.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Peneliti
1)   Sarana belajar atau pengalaman dalam menyelasaikan suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran.
2)   Menambah kemampuan berfikir dan memperluas pengetahuan serta dapat menambah pengalaman praktis dalam pengadaan penelitian.
3)   Untuk mendapatkan gambaran hasil prestasi belajar siswa yang menderita diskalkulia atau yang tidak menderita
b.    Bagi Guru
1)   Membantu guru untuk berkembang menjadi guru professional
2)   Menyempurnakan sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan  prestasi dan pemahaman siswa
3)   Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar, membimbing dan mendorong siswa untuk lebih semangat dalam belajar
4)   Sebagai informasi dalam melaksanakan tugas di masa depan
c.    Bagi Siswa
1)   Adanya motivasi dalam pembelajaran matematika

VII.     LANDASAN TEORITIK, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.  Landasan Teoritik
1.    Hasil belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beeberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, ada penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai pribadi.[2]
Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umunya disebut hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus diingat, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil belajar yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama bagaimana aktifitas siswa sebagai subjek belajar.
Menurut Nana sujana sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.[3]
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar tidak berupa nilai saja, tetapi dapat berupa perubahan perilaku yang menuju pada perubahan positif.
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). a. Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan dan kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau dibantu dengan alat/media. b. Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar diri siswa diantaranya yaitu lingkungan fisik dan non fisik belajar (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi guru.
2.    Belajar Matematika
a.    Pengetian belajar
Hampir semua ahli dalam psikologi pendidikan menekankan definisi belajar sebagai perubahan tingkah laku (behaviour) yang terjadi pada diri individu, akan tetapi terdapat diantaranya yang menekankan definisi belajar yang lebih khusus tidak sekedar perubahan tingkah laku.
Writig menyatakan bahwa belajar adalah: “any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience”. Definisi belajar yang ia ungkapkan ini tidak menekankan pada perubahan yang disebut “behavioral change” melainkan “behavioral repertoire change” yang mengandung pengertian perubahan individu pada seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan yang berbeda ini didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar karena proses belajar itu sendiri tidak dapat diobservasi secara langsung.[4]
b.    Pengetian matematika
Definisi dari matematika yang diungkapkan oleh berbagai pakar matematika itu sendiri sangatlah beragam. Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Hubungan di antara hal-hal itu diatur dan dikembangkan berdasarkan logika dengan menggunakan pembuktian deduktif, yaitu pembuktian yang dimulai dari hal-hal yang besifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus.
James dan James menyatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.[5]
3.    Diskalkulia
a.    Pengertian diskalkulia
        Diskalkulia yaitu kesulitan belajar matematika, suatu ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan seseorang.[6] Diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.[7]
b.    Faktor penyebab diskalkulia
Dalam hal ini penderita diskalkulia tidak bisa disebut dengan anak malas, tapi sebuah kekurangan. Yang bisa disebabkan faktor keturunan, fobia matematika, atau bisa jadi bermasalah dengan pelajaran matematika.
c.    Karakteristik diskalkulia
Menurut Lerner (1981: 35), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu
1)   Gangguan hubungan keruangan
        Konsep hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat, tinggi rendah, depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan belajar matematika memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena kurang berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih dekat ke angka 3 daripada ke angka 8.


2)   Abnormalitas persepsi visual
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok. Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dua kelompok benda yang terdiri dari tiga dan empat anggota. Anak juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.
3)   Asosiasi visual motoric
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda-benda secara berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua tetapi mengucapkan empat.
4)   Perseverasi
Anak yang perhatiannya melekat pada satu obyek dalam jangka waktu relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Pada mulanya anak dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada satu obyek saja, contohnya:
4 + 3 = 7
4 + 4 = 8
5 + 4 = 8
3 + 6 = 8
5)   Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+), (-), (x), (:), (=), (<), (>), gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan memori, dan oleh gangguan persepsi visual.
6)   Gangguan penghayatan tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika juga sering menunjukkan adanya gangguan penghayatan tubuh (body image), anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri, misalnya jika disuruh menggambar tubuh, maka tiadak ada yang utuh.
7)   Kesulitan dalam membaca dan bahasa
Anak berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita.
8)   Skor PIQ jauh lebih rendah dari VIQ
Hasil tes inteligensi dengan menggunakan WISC (Weshler Intelligence Scale for Children) menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Sub tes verbal mencakup: Informasi, persamaan, aritmetika, perbendaharaan kata, dan pemahaman. Sub tes kinerja mencakup: melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, dan menyusun obyek.
B.  Telaah Penelitian Terdahulu
Hasil telaah pustaka yang dilakukan penulis sebelumnya yang ada kaitannya dengan variable yang diteliti antara lain:
1.    Dalam skripsi yang ditulis oleh Diah Syah Resita yang berjudul penanganan anak diskalkulia melalui media gambar di tk pertiwi banaran kecamatan grogol kabupaten sukoharjo tahun ajaran 2013/2014
a.    Sebelum mendapat terapi menggunakan Media gambar, Nabila sering tidak mau mengerjakan tugas terutama kegiatan beritung. Hal ini terlihat saat kegiatan berlangsung. Nabila sulit sekali untuk berkonsentrasi, kebingungan saat menghadapi tugas yang diberikan guru terutama pembelajaran berhitung.
b.    Setelah dilakukan terapi dengan menggunakan kegiatan permainan dengan menggunakan Media Gambar. Hasil dari metode yang dilakukan ada sedikit perubahan pada Nabila. Nabila terlihat lebih focus dalam kegiatan yang diberikan guru, mau berusaha semampu Nabila, dan mau mengerjakan tugas yang diberikan guru.  
2.    Dalam skripsi yang ditulis oleh Luki Puspitasari yang berjudul Studi Komparasi Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa yang mengikuti Bimbingan Belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar di kelas  V SDN Bangunsari Ponorogo semester gasal tahun ajaran 2011/ 2012. Hasil penelitian ini adalah
a.    Prestasi matematika siswa yang mengikuti bimbingan belajar di kelas V SDN Bangunsari Ponorogo semester 1 tahun pelajaran 2011/ 2012 dalam kategori baik ditunjukkan dengan presentase 65% atau 12 siswa,kategori baik sekali ditunjukkan dengan30 % atau 6 siswa, kategori cukup adalah 10% atau 2 siswa, sedangkan untuk kategori kurang dan gagal adalah 0%.
b.    Prestasi mata pelajaran Matematika siswa yang tidak mengikuti bmbingan belajar di kelas V SDN Bangunsari Ponorogo semester gassal tahun pelajaran 2011/ 2012 dalam kategori baik ditunjukkan dengan prosentase 40 % atau 8 siswa, kategori baik elkaliadalah 10 % atau 2 siswa, kategori cukup adalah 10 % atau 2 siswa, kategorikurang adalah 25 % atau 5 siswa dan kategori gagal adalah 10 % atu 2 siswa.
c.    Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Matematika siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan isswayang tidak mengikuti bimbingan belajar di kelas V SDN 1 Bangunsari POnorogo semester gasal tahun ajaran 2011/ 2012. Dari uji “t” diperoleh t0 > ttabel, dimana pada taraf signifikan 5 % t0 = 6,457176958 dan ttabel = 2,02. Sedangkan pada taraf signifikan 1 % t0 = 6, 457176958dan ttabel = 2, 71.
C.  Kerangka Berfikir
Berangkat dari landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak menderita diskalkulia hasil belajar matematika akan baik sedangkan siswa yang menderita diskalkulia akan kurang baik.


D.  Pengajuan Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hypo = kurang dari, dan thesis = pendapat. Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau pendapat yang masih kurang karena masih harus dibuktikan.[8] Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawabanteoritis terhadap rumusan masalah penelitian, sebelum jawaban yang empirik. [9]
Karena hipotesis merupakan kebenaran yang bersifat sementara dan perlu dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut, maka peneliti mengajukan hipotesis nihil (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ha: terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia.
Ho: tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia.

VIII.  METODOLOGI PENELITIAN
A.  Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variable, Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variable adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan, gaji dan produktivitas kerja.[10]
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis komparatif. Rancangan penelitian ada dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Dalam penelitian ini variable bebasnya adalah : X (siswa yang menderita diskalkulia dan siswa yang tidak menderita diskalkulia). Variabel terikat yaitu variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan fungsional (sebagai akibat). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Y (hasil belajar matematika siswa )
B.  Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan.[11] dengan demikian yang dimaksud dengan populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 di SDN 1 Singgahan Kecamatan Pulung yang berjumlah 25 siswa.
2.    Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Sampel juga berarti sebagian dari populasi, atau kelompok kecil yang diamati.[12]
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 siswa. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 30, maka peneliti menggunakan teknik sampling Nonprobability sampling, yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.[13]
C.  Instrument Pengumpulan Data
Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri, soal pretes dan postes, RPP, LKS (Lembar Kegiatan Siswa).
Instrumen pretes dan postes disusun berdasarkan materi matematika SD kelas 2. Soal dibuat dengan empat alternatif jawaban. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Penskoran adalah (1) untuk jawaban benar dan (0) untuk jawaban salah. Tes dilakukan dengan tes obyektif untuk mendapatkan hasil obyektif, sedang alternatif jawaban untuk mengurangi faktor keberuntungan
D.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.[14] Dalam rangka memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.    Kuisioner (angket)
Angket atau kuisioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak lngsung (peneliti tidak langsung Tanya jawab dengan responden ). Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan angket atau kuisioner adalah paling sering ditemui karena jika dibuat secara intensif dan teliti, angket mempunyai keunggulan jika disbanding ddengan alat pengumpul data.[15]
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Adapun jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup, yaitu kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang tersedia. Tipe jawaban yang digunakan adalah bentuk check list (√). Instrument digunakan untuk menggukur variable kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa. Instrument tersebut menggunakan skala likert yang memiliki jawaban dengan gradasi dari:
Selalu (SL)           = 4
Sering (SR)          = 3
Kadang-kadang   = 2
Tidak Pernah        = 1
Kuisioner atau angket ini dibagikan pada seluruh siswa-siswi kelas 2 SDN 1 Singgahan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan dalam hasil belajar matematika.
2.    Dokumentasi
Dokumentasi asal katanya dokumen, artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, absen, dan sebagainya.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data seperti idenditas sekolah, letak geografis, sejarah, misi, visi, dan tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana, data guru, jumlah siswa serta keadaan guru dan siswa di SDN 1 Singgahan Kecamatan Pulung.
3.    Wawancara
Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informaasi-informasi atauketerangan.
Dalam penelitian ini teknnik wawancara yag digunakan adalah wawancara perorangan, artinya proses Tanya jawab berlangsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, sehingga mendapatkan data yang lebih intensif.
Metode ini digunakan untuk memperoeh data tentang perbandingan hasil belajar matematika antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia. Adapun yang akan peneliti wawancarai adalah guru matematika dan guru kelas. Hasil wawncara dari informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara.
E.  Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam data adalah pengelompokan data berdasarkan variable dan data responden, mentabulasi data berdasarkan variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Langkah ini diperlukan karena tujuan dari analisis data adalah menyusun dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah dieroleh.[16]
Karena dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan statistic. Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Pra penelitian
a.    Uji Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan. Dalam penelitian, keabsahan sering dikaitkan dengan instrument atau alat ukur. Uji validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu evaluasi. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditas atau keshahihan sesuatu instrument. Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.[17]
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengukur validitas instrument dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis validitas konstruk. Rumus yang digunakan yaitu rumus korelasi product moment:  
Keterangan:
rxy         = angka indeks korelasi product moment.
∑X       = jumlah seluruh nilai X
∑Y       = jumlah seluruh nilai Y
∑XY    = jumlah hasil perkalian antara nilai X dan nilai Y.[18]

Setelah itu dikonsultasikan ke tabel “r” product moment terlebih dahulu mencari degres of freedom-nya yang rumusnya sebagai berikut. Df=n-nr.[19]
Keterangan:
Df = degres of freedom
N = Number of cases
Nr = banyaknya variabel yang kita korelasikan
b.    Uji Realibilitas
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.[20] Ini berarti semakin reliable suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.[21]
Menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Adapun teknik yang digunkan untuk menganallisis reliabilitas instument ini adalah teknik belah dua (spilt halt) yang dianalisis dengan rumus:
 =  
                        Keterangan:
ri = reliabel internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Seorang peneliti harus mempunyai pola analaisis mana yang akan digunakan dalam penelitian ini teknik harus sesuai dengan rancangan penelitiannya. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan test “t”.
Test “t” merupakan salah satu tes statistik yang digunkan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mena sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.[22]
Sebagai penelitian kuantitatif, maka dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data guna memperoleh hasil penelitian mengenai hasil perbandingan hasil belajar siswa antara yang menggunakan media blok pecahan dengan media gambar. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1)      Rumus mean dari variabel I dan II:
   =                                         =  
2)      Menghitung Deviasi Standart variabel I dan II. 
SD1 =                SD2 =
3)      Menghitung Menghitung Standart Mean Variabel I dan II
SEM1 =                                  SEM2 =
4)      Menghitung Standart Error perbedaan antara Mean Variabel I dan II
SEM1-M2 =
5)      Mencari Nilai t0
 t0 =
2.    Analisis Hasil Penelitian
Teknis analisis data untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2 yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif untuk mencari mean dan standart deviasi dengan rumus sebagai berikut:
Rumus mean X dan Y =
 =  ,  =
Keterangan =
,        = mean
,  =jumlah hasil perkalian antara frekuensi dan variabel
                = jumlah data
Rumus standart deviasi =
 =
Keterangan =
,                    = standart deviasi
                                = kelas interval
 atau        = jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval dengan   atau 
 atau      = jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval dengan  atau
                                 = number of cases (banyaknya individu)
etelah perhitungan mean dan SD ditemukan hasilnya lalu dibuat pengelompokkan dengan menggunakan rumus  + 1.SD dikatakan baik,  - 1.SD dikatakan kurang, dan antara  - 1.SD sampai dengan  + 1.SD dikatakan cukup.[23] Setelah dibuat pengelompokkan di cari frekuensinya dan hasil diprosentasekan dengan rumus =
P =  x 100%
Keterangan =
P = angka prosentase
fi= frekuensi
N = banyaknya individu
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuuk menjawab pengajuan hipotesis atau rumusan masalah 3 adalah teknik korelasi Product Moment, dengan rician sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
       Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik distribusi frekuensi data. Mengingat kesederhanaan itu, maka pengujian normalitas data sangat tergantung pada kemampuan data dalam mencermati plotting data. Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah :
Z =
b. Uji Homogenitas
       Uji homogenitas ini juga diperlukan sebelum kita membandingkan beberapa kelompok data. Uji ini sangat perlu terlebih untuk menguji homogenitas variansi dalam membandingkan dua kelompok atau lebih. Rumus yang digunakan dalam uji Harley adalah:
F (max) =  =  75

IX.        SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan pada penelitian kuantitatif ini terdiri dari lima bab yang berisi:
Bab I, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab pertama ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemaparan data.
Bab II, berisi kajian pustaka, yang berisi tentang deskripsi landasan teori, telaah hasil terdahulu, kerangka berfikir, dan pengajuan judul.
Bab III, bab ini berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument ppengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV, bab ini berisi hasil penelitian tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data (pengajuan hipotesis) dan pembahasan atau interpretasi atas angka statistic.
Bab V Penutup, bab ini berisi kesimpulan dari seluruh uraian dari bab terdahulu dan saran yang bisa menunjang peningkatan dari permasalahan yang dilakukan peneliti.

X.           OUTLINE DAFTAR ISI
Bagian Awal
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PEDOMAN TRANSLITERASI
Bagian Inti
BAB I           : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E.  Manfaat Penelitian
F.  Sistematika Pembahasan
BAB II         : KAJIAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
B. TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
C. KERANGKA BERFIKIR
D. PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB III        : METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan sampel
C. Instrument Pengumpulan Data
D. Teknik pengumpulan Data
E.  Teknik Analisis Data
BAB IV        : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Deskripsi data
C. Analisis Data (Pengujian Hipotesis)
D. Pembahasan dan Interpretasi
BAB V         : PENUTUP
A.  Kesimpulan
B.  Saran
Bagian Akhir
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
SURAT IJIN PENELITIAN
SURAT TELAAH MELAKUKAN PENELITIAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
XI.   DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .Jakarta:PT Rineka Cipta.
Bambang Prasetio dan Lina Miftahul Jannah. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Grafindo Persada.
Dermawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Marfuah Astuti. 2002. Mengenal Gangguan Belajar Diskalkulia. ()
Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Malang : Nuha Litera.
Suherman, Erman. 2007. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: universitas pendiddikan Indonesia.
Sukardi. 2009. Metodologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi aksara.
Sukardi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Bandung: PT  Remaja Rosdakarya.
Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah. 2012. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

XII.     JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih tujuh minggu yaitu dimulai pada akhir Maret sampai bulan April dengan jadwal penelitian yang tersusun pada table dibawah ini yaitu sebagai berikut:
Jadwal Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
Waktu Minggu Ke
1
2
3
4
5
6
7
1.
Perencanaan






2.
Persiapan







a.       Menyusun konsep pelaksanaan






b.      Menyusun instrumen






3.
Tindakan







a.       Melakukan tindakan siklus I






b.      Melakukan tindakan siklus II






c.       Melakukan tindakan siklus III






4.
Penyusunan laporan







a.       Menyusun konsep laporan






b.      Menyempurnakan draf laporan







XIII.  INSTRUMEN PENELITIAN
Keterangan pilihan jawaban:
SS   = Sangat setuju
S     = setuju
TS = tidak setuju
Sts = sangat tidak setuju

NO
PERNYATAAN
Pilihan jawaban
SS
S
TS
STS
1.
Matematika adalah pelajaran yang menarik menyenangkan




2.
Saya bisa berhitung dengan cepat




3.
Saya hanya bisa berhitung dengan menggunakan kalkulator




4.
Saya cenderung pasif ketikapelajaran matematika materi berhitung




5.
Saya sering bolos ketika pelajaran matematika




6.
Saya belajar rajin ketika akan ulangan matematika




7.
Saya cenderung pandai pelajaran matematika




8.
Saya bisa dalam mengerjakan soal cerita tapi tidak bisa dalam berhitungnya




10.
Saya memang tidak bisa dalam matematika










[1] Marfuah Astuti. 2002. Mengenal Gangguan Belajar Diskalkulia. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), 76

[2] Eveline Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),hal. 4
[3] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru
,(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hal.276
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya, 2008),
[5] Erman Suherman, strategi Pembelajaran Matematika, (Bandung: universitas pendiddikan Indonesia),
[6] Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus
(Malang : Nuha Litera, 2008), h. 174
[7] Marfuah Astuti. 2002. Mengenal Gangguan Belajar Diskalkulia. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), 22
[8] Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 24
[9] Deni Dermawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 120
[10] Ibid…, 109
[11]Tukiran Taniterdja & Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 33
[12] Ibid, 34
[13] Deni dermawan, metode penelitian kuantitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 161.
[14] Ibid, 59
[15] Sukardi, metodologi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi aksara, 2009), 76

[16] Bambang Prasetio dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi (Jakarta: Grafindo Persada, 2013), 170
[17] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002), 144-145
[18] Retno Widyaningrum, Statistika, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2011), 107.
[19] Retno Widyaningrum, Statistika Edisi Revisi, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2011), 106.
[20] Ibid, 154
[21] Sukardi, metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), 85
[22] Ibid, 153.
                [23] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, 175. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar