I. JUDUL PENELITIAN
PERBANDINGAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENDERITA DISKALKULIA DAN YANG TIDAK
MENDERITA DISKALKULIA
II. LATAR BELAKANG
Saat ini sering dijumpai siswa
sekolah dasar yang mempunyai kecerdasan tergolong rata-rata atau bahkan di atas
rata-rata, namun siswa tersebut tidak mampu meraih prestasi belajar yang
memuaskan. Siswa tersebut sering disebut siswa berkesulitan belajar. Siswa
yang berkesulitan belajar adalah siswa yang secara nyata mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya
disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga
prestasi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggi tinggal kelas (Yusuf, 2005:
59).
Gangguan
belajar adalah suatu gangguan neurologis atau kelainan pada sistem saraf yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima, memproses, menganalisa atau
menyimpan informasi tertentu. Masalah yang terkait dalam gangguan belajar
adalah berupa kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, menalar,
serta ketrampilan motorik dan masalah dalam mengerjakan soal yang berkaitan
dengan matematika.[1]
Salah satu bentuk kesulitan belajar
siswa yang berkaitan dengan akademik adalah kesulitan belajar matematika. Pada
umumnya pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit. Jika tidak sulit
maka bukan pelajaran matematika namanya, tapi pelajaran yang lain. Kesulitan belajar matematika ini
merupakan kesulitan belajar yang paling banyak ditemukan pada siswa-siswa
sekolah dasar setelah kesulitan belajar membaca. Sekitar 6% sampai 7% siswa di
sekolah umum menunjukkan adanya hambatan yang serius dalam matematika. Tidak
kurang dari 26% siswa berkesulitan belajar mempunyai masalah di bidang
matematika (Lerner dan Kline, 2006).
Kemampuan dalam hal matematika
merupakan sarana yang sangat penting untuk menguasai mata pelajaran yang
lainnya. Mengingat begitu pentingnya keterampilan matematika, dan banyaknya
siswa yang berkesulitan belajar matematika, maka kesulitan belajar matematika
yang dialami siswa harus segera diatasi sedini mungkin dengan memberikan
pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami siswa.
Apabila siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya dapat
diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal.
Anak diskalkulia adalah anak yang
mengalami kesulitan yang berat dalam matematika dan ketidak bermampuan dalam
menghitung elemen-elemen matematika (seperti konsep, ketrampilan dan pemecahan
masalah). Anak diskalkulia mempunyai beberapa karakteristik antara lain
gangguan hubungan keruangan, kesulitan memahami konsep waktu, kesulitan
memahami konsep jumlah, asosiasi visual-motor dan kesulitan mengenal dan memahami
symbol.
Umumnya anak dengan ketidak
bermampuan matematis disebabkan rendahnya ketrampilan atau kekurang mampuan
dirinya untuk memahami konsep-konsep matematika. Anak diskalkulia harus diatasi
sedini mungkin. Apabila anak diskalkulia tidak segera diatasi, maka akan
mengalami banyak masalah karena hampir semua mata pelajaran memerlukan
pemahaman matematika yang sesuai.
Pelayanan pendidikan semua harus
mempelajari matematika. Sebab pada hakikatnya matematika merupakan sarana untuk
memecahkan maslah dalam kegiatan sehari-hari. Anak dengan gangguan diskalkulia
disebabkan oleh fobia matematika, penglihatan dan visual anak lemah, kesulitan
dalam mengurutkan informasi, ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi,
mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal
cerita.
III. BATASAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada
perbandingan hasil belajar matematika antara
siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia
IV. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
hasil belajar matematika siswa yang menderita diskalkulia ?
2. Bagaimana
hasil belajar matematika siswa yang tidak menderita diskalkulia?
3. Adakah
perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang menderita
diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia ?
V. TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa yang menderita diskalkulia
2. Untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa yang tidak menderita diskalkulia
3. Untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang
menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia
VI.
MANFAAT
PENELITIAN
1. Manfaat
Teoritis
Untuk
menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan baru sebagai wujud dari partisipasi
peneliti untuk mengembangkan keilmuan di bidang matematika.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Peneliti
1) Sarana belajar atau pengalaman dalam menyelasaikan suatu
masalah dalam kegiatan pembelajaran.
2)
Menambah kemampuan
berfikir dan memperluas pengetahuan serta dapat menambah pengalaman praktis
dalam pengadaan penelitian.
3)
Untuk mendapatkan gambaran hasil prestasi belajar siswa
yang menderita diskalkulia atau yang tidak menderita
b.
Bagi Guru
1)
Membantu guru untuk
berkembang menjadi guru professional
2)
Menyempurnakan sistem
pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi dan pemahaman
siswa
3)
Sebagai bahan
pertimbangan dalam mengajar, membimbing dan mendorong siswa untuk lebih
semangat dalam belajar
4)
Sebagai informasi dalam melaksanakan tugas di masa depan
c.
Bagi Siswa
1)
Adanya motivasi dalam pembelajaran matematika
VII.
LANDASAN TEORITIK,
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
TINDAKAN
A. Landasan Teoritik
1.
Hasil belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar
adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beeberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut adalah bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan
mengingat dan mereproduksi, ada penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna,
menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai
pribadi.[2]
Bila
terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini
kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada
yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada
yang belajar. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang
pada umunya disebut hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal,
proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi
secara baik.
Proses
belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus diingat, meskipun tujuan
pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil belajar
yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen
yang lain, dan terutama bagaimana aktifitas siswa sebagai subjek belajar.
Menurut
Nana sujana sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes
yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes
perbuatan.[3]
Dari
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi
pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar tidak berupa nilai saja,
tetapi dapat berupa perubahan perilaku yang menuju pada perubahan positif.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan
belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam diri siswa
(intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). a. Faktor intern adalah
faktor dari dalam diri siswa yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan, kesehatan dan kebiasaan siswa. Salah satu hal penting
dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar
yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan
seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang
dipelajari siswa. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri
siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru.
Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat
dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan
lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan
penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual,
verbal, dan atau dibantu dengan alat/media. b. Faktor Ekstern yaitu faktor dari
luar diri siswa diantaranya yaitu lingkungan fisik dan non fisik belajar
(termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk
dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil
belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal
ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi guru.
2.
Belajar Matematika
a.
Pengetian belajar
Hampir
semua ahli dalam psikologi pendidikan menekankan definisi belajar sebagai
perubahan tingkah laku (behaviour) yang terjadi pada diri individu, akan
tetapi terdapat diantaranya yang menekankan definisi belajar yang lebih khusus
tidak sekedar perubahan tingkah laku.
Writig
menyatakan bahwa belajar adalah: “any relatively permanent change in an
organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience”.
Definisi belajar yang ia ungkapkan ini tidak menekankan pada perubahan yang
disebut “behavioral change” melainkan “behavioral repertoire change”
yang mengandung pengertian perubahan individu pada seluruh aspek psiko-fisik
organisme. Penekanan yang berbeda ini didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah
laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar
karena proses belajar itu sendiri tidak dapat diobservasi secara langsung.[4]
b.
Pengetian
matematika
Definisi
dari matematika yang diungkapkan oleh berbagai pakar matematika itu sendiri
sangatlah beragam. Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau
menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan
di antara hal-hal itu. Hubungan di antara hal-hal itu diatur dan dikembangkan
berdasarkan logika dengan menggunakan pembuktian deduktif, yaitu pembuktian
yang dimulai dari hal-hal yang besifat umum menuju hal-hal yang bersifat
khusus.
James
dan James menyatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri.[5]
3.
Diskalkulia
a.
Pengertian diskalkulia
Diskalkulia yaitu
kesulitan belajar matematika, suatu ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan
matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan
seseorang.[6]
Diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena
menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini
dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan
berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang
bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis.
Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan
tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.[7]
b.
Faktor penyebab
diskalkulia
Dalam
hal ini penderita diskalkulia tidak bisa disebut dengan anak malas, tapi sebuah
kekurangan. Yang bisa disebabkan faktor keturunan, fobia matematika, atau bisa
jadi bermasalah dengan pelajaran matematika.
c.
Karakteristik
diskalkulia
Menurut
Lerner (1981: 35), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar
matematika, yaitu
1)
Gangguan
hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas
bawah, puncak dasar, jauh dekat, tinggi rendah, depan belakang, awal akhir
umumnya telah dikuasai oleh anak sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan
belajar matematika memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena
kurang berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga
adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan
tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis
bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih dekat
ke angka 3 daripada ke angka 8.
2) Abnormalitas
persepsi visual
Anak berkesulitan belajar matematika
sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai obyek dalam hubungannya
dengan kelompok. Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dua
kelompok benda yang terdiri dari tiga dan empat anggota. Anak juga sering tidak
mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.
3) Asosiasi
visual motoric
Anak berkesulitan belajar matematika
sering tidak dapat berhitung benda-benda secara berurutan, anak mungkin baru
memegang benda yang kedua tetapi mengucapkan empat.
4) Perseverasi
Anak yang perhatiannya melekat pada satu
obyek dalam jangka waktu relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut
perseverasi. Pada mulanya anak dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan
perhatiannya melekat pada satu obyek saja, contohnya:
4 + 3 = 7
4 + 4 = 8
5 + 4 = 8
3 + 6 = 8
5) Kesulitan
mengenal dan memahami symbol
Anak berkesulitan belajar matematika
sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol
matematika seperti (+), (-), (x), (:), (=), (<), (>), gangguan ini dapat
disebabkan oleh gangguan memori, dan oleh gangguan persepsi visual.
6) Gangguan
penghayatan tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika
juga sering menunjukkan adanya gangguan penghayatan tubuh (body image), anak
sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri, misalnya jika
disuruh menggambar tubuh, maka tiadak ada yang utuh.
7) Kesulitan
dalam membaca dan bahasa
Anak berkesulitan belajar matematika
akan mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita.
8) Skor
PIQ jauh lebih rendah dari VIQ
Hasil tes inteligensi dengan menggunakan
WISC (Weshler Intelligence Scale for Children) menunjukkan bahwa anak
berkesulitan belajar matematika memiliki PIQ (Performance Intelligence
Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ (Verbal Intelligence
Quotient). Sub tes verbal mencakup: Informasi, persamaan, aritmetika, perbendaharaan
kata, dan pemahaman. Sub tes kinerja mencakup: melengkapi gambar, menyusun
gambar, menyusun balok, dan menyusun obyek.
B. Telaah
Penelitian Terdahulu
Hasil telaah pustaka yang dilakukan
penulis sebelumnya yang ada kaitannya dengan variable yang diteliti antara
lain:
1.
Dalam skripsi yang
ditulis oleh Diah Syah Resita yang berjudul penanganan anak diskalkulia melalui media gambar di tk pertiwi banaran
kecamatan grogol kabupaten sukoharjo tahun ajaran 2013/2014
a.
Sebelum mendapat terapi menggunakan Media gambar, Nabila sering tidak mau
mengerjakan tugas terutama kegiatan beritung. Hal ini terlihat saat kegiatan
berlangsung. Nabila sulit sekali untuk berkonsentrasi, kebingungan saat
menghadapi tugas yang diberikan guru terutama pembelajaran berhitung.
b.
Setelah dilakukan terapi dengan menggunakan kegiatan permainan dengan
menggunakan Media Gambar. Hasil dari metode yang dilakukan ada sedikit
perubahan pada Nabila. Nabila terlihat lebih focus dalam kegiatan yang diberikan
guru, mau berusaha semampu Nabila, dan mau mengerjakan tugas yang diberikan
guru.
2.
Dalam skripsi
yang ditulis oleh Luki Puspitasari yang berjudul Studi Komparasi Prestasi
Belajar Matematika Antara Siswa yang mengikuti Bimbingan Belajar dengan siswa
yang tidak mengikuti bimbingan belajar di kelas
V SDN Bangunsari Ponorogo semester gasal tahun ajaran 2011/ 2012. Hasil
penelitian ini adalah
a. Prestasi
matematika siswa yang mengikuti bimbingan belajar di kelas V SDN Bangunsari
Ponorogo semester 1 tahun pelajaran 2011/ 2012 dalam kategori baik ditunjukkan
dengan presentase 65% atau 12 siswa,kategori baik sekali ditunjukkan dengan30 %
atau 6 siswa, kategori cukup adalah 10% atau 2 siswa, sedangkan untuk kategori
kurang dan gagal adalah 0%.
b. Prestasi
mata pelajaran Matematika siswa yang tidak mengikuti bmbingan belajar di kelas
V SDN Bangunsari Ponorogo semester gassal tahun pelajaran 2011/ 2012 dalam
kategori baik ditunjukkan dengan prosentase 40 % atau 8 siswa, kategori baik
elkaliadalah 10 % atau 2 siswa, kategori cukup adalah 10 % atau 2 siswa,
kategorikurang adalah 25 % atau 5 siswa dan kategori gagal adalah 10 % atu 2
siswa.
c. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran Matematika
siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan isswayang tidak mengikuti
bimbingan belajar di kelas V SDN 1 Bangunsari POnorogo semester gasal tahun
ajaran 2011/ 2012. Dari uji “t” diperoleh t0 > ttabel, dimana pada taraf
signifikan 5 % t0 = 6,457176958 dan ttabel = 2,02. Sedangkan pada taraf signifikan
1 % t0 = 6, 457176958dan ttabel = 2, 71.
C. Kerangka
Berfikir
Berangkat dari landasan teori dan telaah
pustaka di atas, maka kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah siswa
yang tidak menderita diskalkulia hasil belajar matematika akan baik sedangkan
siswa yang menderita diskalkulia akan kurang baik.
D. Pengajuan
Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hypo =
kurang dari, dan thesis = pendapat. Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau
pendapat yang masih kurang karena masih harus dibuktikan.[8]
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawabanteoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, sebelum jawaban yang empirik. [9]
Karena hipotesis merupakan kebenaran
yang bersifat sementara dan perlu dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut,
maka peneliti mengajukan hipotesis nihil (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)
sebagai berikut:
Ha:
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar matematika antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak
menderita diskalkulia.
Ho: tidak terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar matematika
antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia.
VIII. METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan dua variable, Kerlinger (1973) menyatakan
bahwa variable adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya,
tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin,
golongan, gaji dan produktivitas kerja.[10]
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis komparatif. Rancangan
penelitian ada dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Dalam
penelitian ini variable bebasnya adalah : X (siswa yang menderita diskalkulia
dan siswa yang tidak menderita diskalkulia). Variabel terikat yaitu variabel
yang diramalkan akan timbul dalam hubungan fungsional (sebagai akibat).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Y (hasil belajar matematika
siswa )
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuhan.[11]
dengan demikian yang dimaksud dengan populasi adalah sumber data dalam
penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 di SDN 1
Singgahan Kecamatan Pulung yang berjumlah 25 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan
teknik tertentu. Sampel juga berarti sebagian dari populasi, atau kelompok
kecil yang diamati.[12]
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 siswa. Karena jumlah
populasi dalam penelitian ini kurang dari 30, maka peneliti menggunakan teknik
sampling Nonprobability sampling, yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.[13]
C. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen dari penelitian ini adalah
peneliti sendiri, soal pretes dan postes, RPP, LKS (Lembar Kegiatan Siswa).
Instrumen pretes dan postes disusun
berdasarkan materi matematika SD kelas 2. Soal dibuat dengan empat alternatif
jawaban. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah ingatan (C1), pemahaman
(C2), dan penerapan (C3). Penskoran adalah (1) untuk jawaban benar dan (0)
untuk jawaban salah. Tes dilakukan dengan tes obyektif untuk mendapatkan hasil
obyektif, sedang alternatif jawaban untuk mengurangi faktor keberuntungan
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan datanya.[14]
Dalam rangka memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuisioner (angket)
Angket atau
kuisioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
secara tidak lngsung (peneliti tidak langsung Tanya jawab dengan responden ).
Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan
atau pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Dalam
penelitian kuantitatif, penggunaan angket atau kuisioner adalah paling sering
ditemui karena jika dibuat secara intensif dan teliti, angket mempunyai
keunggulan jika disbanding ddengan alat pengumpul data.[15]
Angket atau
kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal
yang diketahuinya. Adapun jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis angket tertutup, yaitu kuisioner yang disusun dengan menyediakan
pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban
yang tersedia. Tipe jawaban yang digunakan adalah bentuk check list (√).
Instrument digunakan untuk menggukur variable kecerdasan emosional dan
kedisiplinan siswa. Instrument tersebut menggunakan skala likert yang memiliki
jawaban dengan gradasi dari:
Selalu (SL) = 4
Sering (SR) = 3
Kadang-kadang = 2
Tidak Pernah = 1
Kuisioner atau
angket ini dibagikan pada seluruh siswa-siswi kelas 2 SDN 1 Singgahan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan dalam hasil belajar matematika.
2. Dokumentasi
Dokumentasi
asal katanya dokumen, artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah,
dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, absen, dan sebagainya.
Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data seperti idenditas sekolah, letak geografis,
sejarah, misi, visi, dan tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana,
data guru, jumlah siswa serta keadaan guru dan siswa di SDN 1 Singgahan
Kecamatan Pulung.
3. Wawancara
Wawancara
adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informaasi-informasi atauketerangan.
Dalam
penelitian ini teknnik wawancara yag digunakan adalah wawancara perorangan,
artinya proses Tanya jawab berlangsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai,
sehingga mendapatkan data yang lebih intensif.
Metode ini
digunakan untuk memperoeh data tentang perbandingan hasil belajar matematika
antara siswa yang menderita diskalkulia dan yang tidak menderita diskalkulia.
Adapun yang akan peneliti wawancarai adalah guru matematika dan guru kelas.
Hasil wawncara dari informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam
transkip wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam data adalah pengelompokan data berdasarkan variable
dan data responden, mentabulasi data berdasarkan variable yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Langkah ini
diperlukan karena tujuan dari analisis data adalah menyusun dan
menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah dieroleh.[16]
Karena dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan statistic. Adapun analisis data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pra
penelitian
a. Uji
Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris
validity yang berarti keabsahan. Dalam penelitian, keabsahan sering dikaitkan
dengan instrument atau alat ukur. Uji validitas merupakan syarat yang
terpenting dalam suatu evaluasi. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevaliditas atau keshahihan sesuatu instrument. Suatu
instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya
instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.[17]
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Untuk mengukur validitas instrument dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan jenis validitas konstruk. Rumus yang digunakan yaitu rumus
korelasi product moment:
Keterangan:
rxy = angka indeks korelasi product
moment.
∑X = jumlah seluruh nilai X
∑Y = jumlah seluruh nilai Y
∑XY = jumlah hasil perkalian
antara nilai X dan nilai Y.[18]
Setelah itu dikonsultasikan ke tabel “r” product moment
terlebih dahulu mencari degres of freedom-nya yang rumusnya sebagai
berikut. Df=n-nr.[19]
Keterangan:
Df = degres of
freedom
N = Number of
cases
Nr = banyaknya
variabel yang kita korelasikan
b. Uji
Realibilitas
Realibilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument
yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga.[20]
Ini berarti semakin reliable suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin
kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama
ketika dilakukan tes kembali.[21]
Menunjukkan
pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Adapun teknik yang
digunkan untuk menganallisis reliabilitas instument ini adalah teknik belah dua
(spilt halt) yang dianalisis dengan rumus:
Keterangan:
ri = reliabel internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara
belahan pertama dan kedua.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat
kritis dalam penelitian. Seorang peneliti harus mempunyai pola analaisis mana
yang akan digunakan dalam penelitian ini teknik harus sesuai dengan rancangan
penelitiannya. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan test “t”.
Test “t” merupakan salah satu tes statistik yang digunkan
untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa
diantara dua buah mena sampel yang diambil secara random dari populasi yang
sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.[22]
Sebagai penelitian kuantitatif, maka dalam penelitian ini
digunakan teknik analisis data guna memperoleh hasil penelitian mengenai hasil
perbandingan hasil belajar siswa antara yang menggunakan media blok pecahan
dengan media gambar. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1)
Rumus mean dari variabel
I dan II:
2)
Menghitung Deviasi
Standart variabel I dan II.
SD1 =
SD2 =
3)
Menghitung Menghitung
Standart Mean Variabel I dan II
SEM1 =
SEM2 =
4)
Menghitung Standart
Error perbedaan antara Mean Variabel I dan II
SEM1-M2 =
5)
Mencari Nilai t0
t0
=
2. Analisis Hasil Penelitian
Teknis analisis
data untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2 yang digunakan adalah analisis
statistik deskriptif untuk mencari mean dan standart deviasi dengan rumus
sebagai berikut:
Rumus mean X dan Y =
Keterangan =
Rumus standart deviasi =
Keterangan =
P =
x 100%
Keterangan =
P = angka prosentase
fi= frekuensi
N = banyaknya individu
Adapun teknik analisis data yang
digunakan untuuk menjawab pengajuan hipotesis atau rumusan masalah 3 adalah
teknik korelasi Product
Moment, dengan rician sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji
normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik distribusi frekuensi
data. Mengingat kesederhanaan itu, maka pengujian normalitas data sangat
tergantung pada kemampuan data dalam mencermati plotting
data. Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah :
Z =
b. Uji Homogenitas
Uji
homogenitas ini juga diperlukan sebelum kita membandingkan beberapa kelompok
data. Uji ini sangat perlu terlebih untuk menguji homogenitas variansi dalam
membandingkan dua kelompok atau lebih. Rumus yang digunakan dalam uji Harley adalah:
F (max) =
=
75
IX.
SISTEMATIKA
PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan pada penelitian
kuantitatif ini terdiri dari lima bab yang berisi:
Bab I, berisi pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab pertama ini dimaksudkan
untuk memudahkan dalam pemaparan data.
Bab II, berisi kajian pustaka, yang
berisi tentang deskripsi landasan teori, telaah hasil terdahulu, kerangka
berfikir, dan pengajuan judul.
Bab III, bab ini berisi tentang
rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument ppengumpulan data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV, bab ini berisi hasil penelitian
tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data
(pengajuan hipotesis) dan pembahasan atau interpretasi atas angka statistic.
Bab V Penutup, bab ini berisi kesimpulan
dari seluruh uraian dari bab terdahulu dan saran yang bisa menunjang
peningkatan dari permasalahan yang dilakukan peneliti.
X.
OUTLINE
DAFTAR ISI
Bagian
Awal
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR
PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN
PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR
LAMPIRAN
PEDOMAN
TRANSLITERASI
Bagian Inti
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Pembahasan
BAB II :
KAJIAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
B. TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
C. KERANGKA BERFIKIR
D. PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB III :
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan sampel
C. Instrument Pengumpulan Data
D. Teknik pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV :
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Deskripsi data
C. Analisis Data (Pengujian Hipotesis)
D. Pembahasan dan Interpretasi
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagian Akhir
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
SURAT IJIN
PENELITIAN
SURAT TELAAH
MELAKUKAN PENELITIAN
PERNYATAAN
KEASLIAN TULISAN
XI.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek .Jakarta:PT Rineka Cipta.
Bambang
Prasetio dan Lina Miftahul Jannah. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Grafindo Persada.
Dermawan,
Deni. Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Marfuah
Astuti. 2002. Mengenal Gangguan Belajar Diskalkulia. ()
Mulyadi.
2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Malang : Nuha Litera.
Suherman,
Erman. 2007. Strategi Pembelajaran
Matematika. Bandung: universitas pendiddikan Indonesia.
Sukardi. 2009. Metodologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi aksara.
Sukardi.
2011. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syah,
Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tukiran
Taniterdja & Hidayati Mustafidah. 2012. Penelitian
Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
XII.
JADWAL
PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih
tujuh minggu yaitu dimulai pada akhir Maret sampai bulan April dengan jadwal
penelitian yang tersusun pada table dibawah ini yaitu sebagai berikut:
Jadwal Kegiatan
No
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu
Minggu Ke
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1.
|
Perencanaan
|
√
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Menyusun konsep pelaksanaan
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
b. Menyusun instrumen
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
3.
|
Tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Melakukan tindakan siklus I
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
b. Melakukan tindakan siklus II
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
c. Melakukan tindakan siklus III
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
4.
|
Penyusunan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Menyusun konsep laporan
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
b. Menyempurnakan draf laporan
|
|
|
|
|
|
|
√
|
XIII. INSTRUMEN PENELITIAN
Keterangan
pilihan jawaban:
SS = Sangat setuju
S
= setuju
TS
= tidak setuju
Sts
= sangat tidak setuju
NO
|
PERNYATAAN
|
Pilihan jawaban
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
||
1.
|
Matematika
adalah pelajaran yang menarik menyenangkan
|
|
|
|
|
2.
|
Saya
bisa berhitung dengan cepat
|
|
|
|
|
3.
|
Saya
hanya bisa berhitung dengan menggunakan kalkulator
|
|
|
|
|
4.
|
Saya
cenderung pasif ketikapelajaran matematika materi berhitung
|
|
|
|
|
5.
|
Saya
sering bolos ketika pelajaran matematika
|
|
|
|
|
6.
|
Saya
belajar rajin ketika akan ulangan matematika
|
|
|
|
|
7.
|
Saya
cenderung pandai pelajaran matematika
|
|
|
|
|
8.
|
Saya
bisa dalam mengerjakan soal cerita tapi tidak bisa dalam berhitungnya
|
|
|
|
|
10.
|
Saya
memang tidak bisa dalam matematika
|
|
|
|
|
[1] Marfuah Astuti. 2002. Mengenal
Gangguan Belajar Diskalkulia. (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2011), 76
[2] Eveline
Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar dan
Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),hal. 4
[3] Kunandar,
Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
sebagai Pengembangan Profesi
Guru,(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hal.276
Guru,(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hal.276
[4] Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008),
[5] Erman Suherman, strategi
Pembelajaran Matematika, (Bandung: universitas pendiddikan Indonesia),
[6] Mulyadi, Diagnosis
Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus
(Malang
: Nuha Litera, 2008), h. 174
[7] Marfuah Astuti. 2002. Mengenal
Gangguan Belajar Diskalkulia. (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2011), 22
[8] Tukiran Taniterdja &
Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 24
[9] Deni Dermawan, Metode Penelitian
Kuantitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 120
[10] Ibid…, 109
[11]Tukiran Taniterdja & Hidayati
Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 33
[12] Ibid, 34
[13] Deni dermawan, metode penelitian
kuantitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2014), 161.
[14] Ibid, 59
[15]
Sukardi, metodologi Pendidikan
(Jakarta: PT Bumi aksara, 2009), 76
[16] Bambang Prasetio dan Lina
Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi (Jakarta:
Grafindo Persada, 2013), 170
[17] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002), 144-145
[20] Ibid, 154
[21] Sukardi, metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2011), 85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar